Banyak pengamat politik dan ekonomi yang mempersoalkan cawapres Boediono sebagai penganut mahzab ekonomi liberal yang populer disebut neo-liberal. Ironinya tidak banyak yang bisa memahami apa sebenarnya ekonomi liberal tersebut. Seringkali paham ini dipandang sebagai antek dari IMF, World Bank, ADB, dan WTO. Pandangan ini yang sebenarnya perlu diluruskan karena ekonomi liberal yang saat ini dianut oleh banyak negara bukanlah paham ekonomi liberal seperti pandangan Adam Smith yang menyerahkan sepenuhnya perekonomian kepada pasar. Kaynes dan Harold - Domar menyempurnakan pandangan Adam Smith tersebut dengan menyatakan pentingnya campur tangan pemerintah termasuk dalam kebijakan moneter dan fiskal, serta menyarankan pentingnya pertumbuhan ekonomi yang seimbang. Karena itu, Kaynes dan Harold - Domar bukanlah anti ekonomi liberal Adam Smith. Bahwa ekonomi liberal dapat memperkaya orang tertentu dan memperlemah kaum marginal ada benarnya. Benar jika kondisi liberalnya diganggu, contohnya keberadaan investasi yang diganggu. Karena sepanjang lapangan kerja lebih sedikit dari angkatan kerja maka angkatan kerja akan tertekan dan sebaliknya.
Kunci dari ekonomi liberal adalah INVESTASI.
Investasi akan datang jika ada jaminan regulasi, jaminan tenaga kerja dan jaminan hukum. Investasi akan menyerap tenaga kerja dan membayar pajak bagi negara sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Kalaupun ada, kelemahan ekonomi liberal adalah rentan terhadap tata ruang dan lingkungan, serta dapat menciptakan bussines cycle (terdapat titik jenuh pada saat over produksi).
Di era otonomi daerah, pemerintah daerah harus dapat melihat komoditi unggulan yang bersifat eksport dan dapat mengundang investasi sebanyak-banyaknya untuk dapat mengeksploitasi komoditi unggulan tersebut yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan sektor lain.